Hari ini 9 April 2020, ada beberapa
temen yang ulang tahun, seperti biasa kita mengucapkan selamat dan doa-doa baik
kita panjatkan, tak lupa diselipkan kata kalo bulan ini prihatin ya karena
corona atau comunitas ora duwe dana, hahaha. Mungkin bisa buat alasan supaya tidak traktir.
Biasanya kalo kita bertemu orang ulang tahun pasti berjabat tangan dan cipika
cipiki. Sekarang boro-boro, jarak harus lebih dari satu meter, ditambah dengan
kewajiban memakai masker. Jadi kita juga tidak bisa melihat ekspresi orang
depan kita dengan jelas setelah mendapat ucapan, apakah dia terharu, tersenyum
atau meringis.
Hari ini masih diberlakukan stay
home, work from home, sosial distancing, dan physical distancing. Sekolah dan
perkuliahan juga masih daring sampai waktu yang belum ditentukan. Anak yang sudah kelas 3 SMP sudah tidak akan
Ujian Nasional lagi dan diganti dengan Ujian Sekolah via online. Pemerintah
sudah mengeluarkan aturan baru tentang PSBB (Pembatasan sosial berskala besar)
yang diatur dalam PMK No.9 Tahun 2020. Jakarta sudah memulainya. Daerah yang akan melakukan PSBB harus
mengirimkan permohonan dan melengkapi data kasus dan kesiapan daerah. Karena
tidak gampang, semua harus disiapkan secara matang. Apalagi lockdown, banyak
risikonya, bukannya malah mengurangi jumlah orang sakit, bisa jadi penjarahan
dan kerusuhan dimana-mana jika tidak disiapkan. Sebenarnya saya pribadi akan
memilih lockdown tapi apakah saya melihat aspek lain yang luput dari
pengamatan. Ya udah manut aja sama kebijakan pemerintah, toh saya yakin pusat sudah
menimbang banyak hal yang rakyat tidak bisa lihat. So mengikuti kebijakan lebih
bagus, daripada koar koar kosong gak jelas juntrungannya malah menimbulkan
perpecahan dan sakit kepala. Soalnya yang sering terjadi kita adalah korban berita
hoax.
Saya akhir-akhir ini mengikuti
jejak dr.Tirta seorang pengusaha dan juga dokter yang punya gerakan edukasi dan
bantuan APD. Dia hampir saja terjebak ke ranah politik karena berbicara soal karantina
wilayah. Untungnya dia sudah kembali ke arah semula yaitu sebagai pejuang
edukasi ke masyarakat. Menurut saya kita semua sudah mempunyai peranan
masing-masing dalam mengatasi wabah ini, yang bisanya stay home adalah
pahlawan, yang bekerja pakai APD adalah pahlawan keluarga, yang bisa edukasi
berikan edukasi yang baik , dokter dan perawat dibantu tenaga kesehatan
masyarakat bahu membahu dalam pencegahan dan pengobatan, dan semua adalah
pahlawan bangsa.
Kasus positif covid 19 di
Indonesia saat ini 2.956 orang dengan jumlah kematian adalah 240, berarti Case Fatality
Rate masih tidak bergerak di 8 %. Kabar
bagusnya adalah jumlah orang yang sembuh meningkat yaitu 222 orang. Berita yang
keluar sudah lebih berimbang, tidak hanya fokus ke kematian pasien tapi juga
kesembuhan. Di Semarang jumlah orang sembuh selalu dilaporkan dan meningkat
setiap hari. Semua orang sekarang wajib memakai masker kain. Hal ini sedikit banyak
menumbuhkan UKM dan tambahan rejeki
ditengah kesulitan. Tidak hanya masker tapi ada yang buat hand sanitizer
sendiri untuk dijual. Kasus dunia sebanyak 1,4 juta orang positif dengan
kematian 82.195 orang. Kasus terbanyak ada di Negara adidaya Amerika Serikat.
Kabarnya masyarakat disana juga tidak kalah ngeyelannya dengan Indonesia.
Alhamdulillah saya sudah sembuh
dari flu walaupun masih sedikit batuk. Mungkin imunitas tubuh sedikit menurun
karena tidak dipakai kerja dan banyak membaca berita-berita menakutkan. Fase
pertama saya menghadapi covid dimulai dari fase ketakutan dan sekarang sudah
fase pasrah dan menerima. Saya jadi berfikir peranan media sangat besar sekali
dalam kondisi genting seperti ini. Berita tidak berimbang menyebabkan
penggiringan opini masyarakat menjadi negatif. Jadi saya mengurangi melihat
berita covid 19 dan menghindari acara talkshow tentang debat kebijakan covid-19.
Nanti paling ujung-ujungnya ke urusan kampret dan cebong. Yang satu bicara kok
nggak dari dulu ada pembatasan sosial, kok dulu harus bilang Indonesia bebas covid,
kok gak dari dulu WNA tidak boleh masuk, kok masyarakat ngeyel keluar rumah.
Persis perdebatan suami istri yang saling menyalahkan karena nyasar jalan dan
muter muter tidak tahu arah.
Beberapa hari yang lalu saya jadi
tertarik mencari sebab atau asal virus corona ini, dari yang ilmiah sampai
fiksi ilmiah. Kalo dari sisi ilmiah sudah banyak informasi bahwa penyebab
Covid-19 adalah SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus)
adalah jenis baru dari coronavirus. Entah kenapa virus penyebab flu ini bermutasi menjadi jenis baru dan pertama
kali ditemukan di Wuhan. Secara ilmu epidemiologi disebutkan bahwa pandemic terjadi
setiap 100 tahun sekali. Ada beberapa artikel yang berbicara tentang kebiasaan
makan binatang eksotis di China seperti kelelawar yang menyebabkan wabah ini.
Ada artikel yang mengatakan kalau virus ini buatan manusia dengan menambahkan
asam amino. Pastinya ada isu senjata biologis disana. Siapakah yang membuat,
yang satu menuduh China, yang lain menuduh Amerika. Ada video juga yang mengatakan
bukan China atau Amerika tapi elit global. Dan elit global inilah yang
menguasai dunia dan negara-negara adalah boneka mereka. Akhirnya bicara
illuminati, Dajjal, dan kiamat dunia. Tetapi semakin saya mencari tahu semakin
tergetar keimanan saya, walaupun masih cethek kadarnya.
Malam ini adalah nifsu sya’ban
dimana dibukakan pintu ampunan dan kesempatan bagi orang-orang untuk beribadah.
Mendekati ramadhan yang jatuh pada tanggal 23 April 2020, Majelis Ulama
Indonesia sudah mengeluarkan fatwa bahwa nantinya sholat tarawih dilakukan di
rumah dan sholat Id ditiadakan. Tentunya akan menjadi ramadhan yang tak
terlupakan. Akhirnya kita sadar, setiap skenario buatan manusia masih ada
skenario yang Maha Tinggi yaitu milik Allah SWT. KepadaNya kita hanya bisa berpasrah dari
jeratan dan rumitnya dunia ini.