Rabu, 08 April 2020

CERITA COVID-19 UNTUK GENERASI MASA DEPAN (2)


Hari ini 9 April 2020, ada beberapa temen yang ulang tahun, seperti biasa kita mengucapkan selamat dan doa-doa baik kita panjatkan, tak lupa diselipkan kata kalo bulan ini prihatin ya karena corona atau comunitas ora duwe dana, hahaha.  Mungkin bisa buat alasan supaya tidak traktir. Biasanya kalo kita bertemu orang ulang tahun pasti berjabat tangan dan cipika cipiki. Sekarang boro-boro, jarak harus lebih dari satu meter, ditambah dengan kewajiban memakai masker. Jadi kita juga tidak bisa melihat ekspresi orang depan kita dengan jelas setelah mendapat ucapan, apakah dia terharu, tersenyum atau meringis.
Hari ini masih diberlakukan stay home, work from home, sosial distancing, dan physical distancing. Sekolah dan perkuliahan juga masih daring sampai waktu yang belum ditentukan.  Anak yang sudah kelas 3 SMP sudah tidak akan Ujian Nasional lagi dan diganti dengan Ujian Sekolah via online. Pemerintah sudah mengeluarkan aturan baru tentang PSBB (Pembatasan sosial berskala besar) yang diatur dalam PMK No.9 Tahun 2020. Jakarta sudah memulainya.  Daerah yang akan melakukan PSBB harus mengirimkan permohonan dan melengkapi data kasus dan kesiapan daerah. Karena tidak gampang, semua harus disiapkan secara matang. Apalagi lockdown, banyak risikonya, bukannya malah mengurangi jumlah orang sakit, bisa jadi penjarahan dan kerusuhan dimana-mana jika tidak disiapkan. Sebenarnya saya pribadi akan memilih lockdown tapi apakah saya melihat aspek lain yang luput dari pengamatan. Ya udah manut aja sama kebijakan pemerintah, toh saya yakin pusat sudah menimbang banyak hal yang rakyat tidak bisa lihat. So mengikuti kebijakan lebih bagus, daripada koar koar kosong gak jelas juntrungannya malah menimbulkan perpecahan dan sakit kepala. Soalnya yang sering terjadi kita adalah korban berita hoax.
Saya akhir-akhir ini mengikuti jejak dr.Tirta seorang pengusaha dan juga dokter yang punya gerakan edukasi dan bantuan APD. Dia hampir saja terjebak ke ranah politik karena berbicara soal karantina wilayah. Untungnya dia sudah kembali ke arah semula yaitu sebagai pejuang edukasi ke masyarakat. Menurut saya kita semua sudah mempunyai peranan masing-masing dalam mengatasi wabah ini, yang bisanya stay home adalah pahlawan, yang bekerja pakai APD adalah pahlawan keluarga, yang bisa edukasi berikan edukasi yang baik , dokter dan perawat dibantu tenaga kesehatan masyarakat bahu membahu dalam pencegahan dan pengobatan, dan semua adalah pahlawan bangsa.
Kasus positif covid 19 di Indonesia saat ini 2.956 orang dengan jumlah kematian adalah 240, berarti Case Fatality Rate masih tidak bergerak di  8 %. Kabar bagusnya adalah jumlah orang yang sembuh meningkat yaitu 222 orang. Berita yang keluar sudah lebih berimbang, tidak hanya fokus ke kematian pasien tapi juga kesembuhan. Di Semarang jumlah orang sembuh selalu dilaporkan dan meningkat setiap hari. Semua orang sekarang wajib memakai masker kain. Hal ini sedikit banyak menumbuhkan UKM  dan tambahan rejeki ditengah kesulitan. Tidak hanya masker tapi ada yang buat hand sanitizer sendiri untuk dijual. Kasus dunia sebanyak 1,4 juta orang positif dengan kematian 82.195 orang. Kasus terbanyak ada di Negara adidaya Amerika Serikat. Kabarnya masyarakat disana juga tidak kalah ngeyelannya dengan Indonesia.
Alhamdulillah saya sudah sembuh dari flu walaupun masih sedikit batuk. Mungkin imunitas tubuh sedikit menurun karena tidak dipakai kerja dan banyak membaca berita-berita menakutkan. Fase pertama saya menghadapi covid dimulai dari fase ketakutan dan sekarang sudah fase pasrah dan menerima. Saya jadi berfikir peranan media sangat besar sekali dalam kondisi genting seperti ini. Berita tidak berimbang menyebabkan penggiringan opini masyarakat menjadi negatif. Jadi saya mengurangi melihat berita covid 19 dan menghindari acara talkshow tentang debat kebijakan covid-19. Nanti paling ujung-ujungnya ke urusan kampret dan cebong. Yang satu bicara kok nggak dari dulu ada pembatasan sosial, kok dulu harus bilang Indonesia bebas covid, kok gak dari dulu WNA tidak boleh masuk, kok masyarakat ngeyel keluar rumah. Persis perdebatan suami istri yang saling menyalahkan karena nyasar jalan dan muter muter tidak tahu arah.
Beberapa hari yang lalu saya jadi tertarik mencari sebab atau asal virus corona ini, dari yang ilmiah sampai fiksi ilmiah. Kalo dari sisi ilmiah sudah banyak informasi bahwa penyebab Covid-19 adalah SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus) adalah jenis baru dari coronavirus. Entah kenapa virus penyebab flu  ini bermutasi menjadi jenis baru dan pertama kali ditemukan di Wuhan. Secara ilmu epidemiologi disebutkan bahwa pandemic terjadi setiap 100 tahun sekali. Ada beberapa artikel yang berbicara tentang kebiasaan makan binatang eksotis di China seperti kelelawar yang menyebabkan wabah ini. Ada artikel yang mengatakan kalau virus ini buatan manusia dengan menambahkan asam amino. Pastinya ada isu senjata biologis disana. Siapakah yang membuat, yang satu menuduh China, yang lain menuduh Amerika. Ada video juga yang mengatakan bukan China atau Amerika tapi elit global. Dan elit global inilah yang menguasai dunia dan negara-negara adalah boneka mereka. Akhirnya bicara illuminati, Dajjal, dan kiamat dunia. Tetapi semakin saya mencari tahu semakin tergetar keimanan saya, walaupun masih cethek kadarnya.
Malam ini adalah nifsu sya’ban dimana dibukakan pintu ampunan dan kesempatan bagi orang-orang untuk beribadah. Mendekati ramadhan yang jatuh pada tanggal 23 April 2020, Majelis Ulama Indonesia sudah mengeluarkan fatwa bahwa nantinya sholat tarawih dilakukan di rumah dan sholat Id ditiadakan. Tentunya akan menjadi ramadhan yang tak terlupakan. Akhirnya kita sadar, setiap skenario buatan manusia masih ada skenario yang Maha Tinggi yaitu milik Allah SWT.  KepadaNya kita hanya bisa berpasrah dari jeratan dan rumitnya dunia ini.