Sabtu, 23 Mei 2020

CERITA CORONA (3)”BERDAMAI DENGAN COVID-19 DENGAN NEW NORMAL??”


Tulisan sebelumnya dibuat tanggal 9 April, lebih dari satu bulan yang lalu, sekarang sudah tanggal 17 Mei 2020. Tanggal 23 April kemarin kita mulai berpuasa, sekarang sudah berjalan 3 minggu, dan seminggu lagi lebaran. Tentunya banyak peristiwa dalam satu bulan terakhir dan Alhamdulillah kita masih dapat bertahan di situasi pandemi ini.
Puasa berjalan dengan anjuran tidak melaksanakan sholat tarawih di masjid. Tetapi pelaksanaan di daerah masih ada yang tetap melaksanakan walaupun dengan pembatasan jumlah jamaah. Ada juga yang melaksanakan tarawih di rumah dengan seluruh anggota keluarga seperti saya.
Terus terang sudah beberapa hari ini “jeleh” mengikuti berita-berita yang isinya covid-19, dengan kondisi yang terus dinamis dan tidak menentu. Baiklah kita lihat sekilas statistik kejadian covid-19 pada hari ini.


 

Semua provinsi sudah terkena karena ribuan orang pulang kampung, dan grafik kenaikan jumlah kejadian covid-19 masih belum stabil. Jumlah kasus positif sudah 17 ribuan dan jumlah sembuh sudah lebih besar daripada meninggal.  Tentunya hal ini membawa harapan bahwa semakin banyak orang yang survive dengan penyakit ini, meskipun masih harus waspada.
Pelaksanaan PSBB sudah diterapkan di Semarang tiga minggu yang lalu. Oo maaf bukan PSBB tapi PKM (pembatasa kegiatan masyarakat). Bagi saya tidak memberi pengaruh berarti karena tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan dan kami sekeluarga juga tidak berencana mudik kemana-mana. Orang tua di semarang, walaupun ada juga nenek yang nun jauh di Banyuwangi, dan keluarga di Tegal. Kebijakan mudik dan pulang kampung menjadi hal yang membingungkan. Mudik  dilarang tetapi tidak halnya dengan pulang kampung. Mudik adalah tradisi mengunjungi sodara di luar kota saat lebaran sedangkan pulang kampung adalah pulang ke keluarga di kampung setelah bekerja. Kebijakan yang dirasa plin plan ini cukup dimengerti karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Terutama bagi pendatang di Jakarta yang sudah tidak mempunyai pekerjaan karena PHK, dan pulang kampung lebih baik daripada hidup berdesakan di rumah petak di kota.
Sudah dua bulan kita mengikuti kebijakan pemerintah untuk working home atau stay home, dan sudah mulai bosan.  Kemarin pasar dan mall mulai dibuka dan bisa ditebak, pengunjung mall berdesakan untuk membeli perlengkapan untuk lebaran. Mereka mengabaikan physical distancing, bahkan bantuan tunai yang seharusnya dibelikan sembako malah dipakai untuk beli baju baru. Inilah budaya yang sulit untuk dihilangkan, lebaran mudik baju baru. Diperkirakan setelah lebaran, Indonesia diramalkan akan menghadapi gelombang kedua kejadian covid-19 yang semakin besar.  Tenaga kesehatan ramai-ramai menuliskan hastag “ Indonesia Terserah” karena sudah putus asa dengan keadaan ini. Pemerintah juga dirasa menerapkan kebijakan yang membingungkan, antara mementingkan aspek kesehatan atau ekonomi. Memang hal ini seperti makan buah simalakama, jika satunya diterapkan maka satunya bisa mati dan sebaliknya.
Tulisan ini terputus karena ternyata susah juga membangkitkan mood menulis…sekarang adalah malam Takbir Idul Fitri 1441 H, tanggal 23 Mei 2020. Tadi saya lihat sekilas jumlah positif covid 19 sudah 22 ribuan. Entah karena sudah biasa, melihat angka-angka itu jadi tidak berpengaruh, tidak ada rasa ketakutan atau kecemasan. Karena hal yang sudah biasa diberitakan kadang menjadi hambar, kecuali bagi pemegang kebijakan mungkin. Sebagai masyarakat biasa, tentunya ada perasaan jenuh dan ingin kembali ke kehidupan normal seperti dulu. Tapi sepertinya keadaan normal tidak akan terjadi atau masih akan jauh jika akan seperti sebelumnya. Malah mungkin akan ada yang namanya NEW NORMAL, atau hal normal yang baru. Misalnya physical distancing, sosial distancing, kuliah daring, meeting secara daring akan menjadi hal normal.  Karena sudah mulai berlatih sekarang tentunya tidak akan kaget lagi.
Besok adalah perayaan Idul Fitri, dimana masyarakat akan melakukan silaturahmi dan membagi angpau ke sodara dan tetangga. Tapi maaf tahun ini jangan berharap dapat angpau ya adik adik.  Fatwa MUI sudah dikeluarkan tentang Panduan Kaiflat Takbir dan Sholat Ied saat pandemik, diantaranya sholat Ied bisa dilakukan di masjid atau tanah lapang jika angka penularan cenderung menurun. Bisa juga dilakukan dirumah dengan berjamaah dengan keluarga. Harapan terbesar adalah kita bisa melewati tahun pendemi ini dengan selamat dan berharap menjadi orang beruntung yang masih bisa merasakan ramadhan tahun depan. Mengapa tidak, karena jika memang ada serangan gelombang kedua mungkin bisa menghabiskan separuh populasi manusia, mudah-mudahan kita tidak termasuk didalamnya. Karena dosa masih banyak (hiks2), urusan duniawi yang tidak ada habisnya ini masih separuh diselesaikan. Hanya bisa berdoa kepada Allah SWT agar mengampuni dosa kita yang selama ini terpedaya urusan dunia sehingga sering melupakan-Nya. Semoga wabah penyakit cepat selesai atau memang kita harus membiasakan dengan kondisi ini yaitu kemana-mana harus pakai masker dan hand sanitizer.
Semoga Indonesia dan dunia bisa melewati masa pandemi ini. Bumi yang sudah sakit karena ulah manusia mudah mudahan masih punya simpanan kekuatan dan kembali hijau dan ramah untuk ditempati, aamiin ya rabbal aalamiin 🙏 🙏