Tulisan sebelumnya dibuat tanggal
9 April, lebih dari satu bulan yang lalu, sekarang sudah tanggal 17 Mei 2020.
Tanggal 23 April kemarin kita mulai berpuasa, sekarang sudah berjalan 3 minggu,
dan seminggu lagi lebaran. Tentunya banyak peristiwa dalam satu bulan terakhir
dan Alhamdulillah kita masih dapat bertahan di situasi pandemi ini.
Puasa berjalan dengan anjuran
tidak melaksanakan sholat tarawih di masjid. Tetapi pelaksanaan di daerah masih
ada yang tetap melaksanakan walaupun dengan pembatasan jumlah jamaah. Ada juga
yang melaksanakan tarawih di rumah dengan seluruh anggota keluarga seperti
saya.
Terus terang sudah beberapa hari
ini “jeleh” mengikuti berita-berita yang isinya covid-19, dengan kondisi yang
terus dinamis dan tidak menentu. Baiklah kita lihat sekilas statistik kejadian
covid-19 pada hari ini.
Semua provinsi sudah terkena
karena ribuan orang pulang kampung, dan grafik kenaikan jumlah kejadian
covid-19 masih belum stabil. Jumlah kasus positif sudah 17 ribuan dan jumlah
sembuh sudah lebih besar daripada meninggal.
Tentunya hal ini membawa harapan bahwa semakin banyak orang yang survive
dengan penyakit ini, meskipun masih harus waspada.
Pelaksanaan PSBB sudah diterapkan
di Semarang tiga minggu yang lalu. Oo maaf bukan PSBB tapi PKM (pembatasa kegiatan masyarakat). Bagi saya tidak memberi pengaruh berarti
karena tidak langsung berkaitan dengan pekerjaan dan kami sekeluarga juga tidak
berencana mudik kemana-mana. Orang tua di semarang, walaupun ada juga nenek
yang nun jauh di Banyuwangi, dan keluarga di Tegal. Kebijakan mudik dan pulang
kampung menjadi hal yang membingungkan. Mudik
dilarang tetapi tidak halnya dengan pulang kampung. Mudik adalah tradisi
mengunjungi sodara di luar kota saat lebaran sedangkan pulang kampung adalah
pulang ke keluarga di kampung setelah bekerja. Kebijakan yang dirasa plin plan
ini cukup dimengerti karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Terutama
bagi pendatang di Jakarta yang sudah tidak mempunyai pekerjaan karena PHK, dan
pulang kampung lebih baik daripada hidup berdesakan di rumah petak di kota.
Sudah dua bulan kita mengikuti
kebijakan pemerintah untuk working home atau stay home, dan sudah mulai bosan. Kemarin pasar dan mall mulai dibuka dan bisa
ditebak, pengunjung mall berdesakan untuk membeli perlengkapan untuk lebaran.
Mereka mengabaikan physical distancing, bahkan bantuan tunai yang seharusnya
dibelikan sembako malah dipakai untuk beli baju baru. Inilah budaya yang sulit
untuk dihilangkan, lebaran mudik baju baru. Diperkirakan setelah lebaran, Indonesia
diramalkan akan menghadapi gelombang kedua kejadian covid-19 yang semakin
besar. Tenaga kesehatan ramai-ramai
menuliskan hastag “ Indonesia Terserah” karena sudah putus asa dengan keadaan
ini. Pemerintah juga dirasa menerapkan kebijakan yang membingungkan, antara
mementingkan aspek kesehatan atau ekonomi. Memang hal ini seperti makan buah
simalakama, jika satunya diterapkan maka satunya bisa mati dan sebaliknya.
Tulisan ini terputus karena
ternyata susah juga membangkitkan mood menulis…sekarang adalah malam Takbir
Idul Fitri 1441 H, tanggal 23 Mei 2020. Tadi saya lihat sekilas jumlah positif
covid 19 sudah 22 ribuan. Entah karena sudah biasa, melihat angka-angka itu
jadi tidak berpengaruh, tidak ada rasa ketakutan atau kecemasan. Karena hal
yang sudah biasa diberitakan kadang menjadi hambar, kecuali bagi pemegang
kebijakan mungkin. Sebagai masyarakat biasa, tentunya ada perasaan jenuh dan
ingin kembali ke kehidupan normal seperti dulu. Tapi sepertinya keadaan normal
tidak akan terjadi atau masih akan jauh jika akan seperti sebelumnya. Malah
mungkin akan ada yang namanya NEW NORMAL, atau hal normal yang baru. Misalnya
physical distancing, sosial distancing, kuliah daring, meeting secara daring
akan menjadi hal normal. Karena sudah
mulai berlatih sekarang tentunya tidak akan kaget lagi.
Besok adalah perayaan Idul Fitri,
dimana masyarakat akan melakukan silaturahmi dan membagi angpau ke sodara dan
tetangga. Tapi maaf tahun ini jangan berharap dapat angpau ya adik adik. Fatwa MUI
sudah dikeluarkan tentang Panduan Kaiflat Takbir dan Sholat Ied saat pandemik,
diantaranya sholat Ied bisa dilakukan di masjid atau tanah lapang jika angka
penularan cenderung menurun. Bisa juga dilakukan dirumah dengan berjamaah
dengan keluarga. Harapan terbesar adalah kita bisa melewati tahun pendemi ini
dengan selamat dan berharap menjadi orang beruntung yang masih bisa merasakan
ramadhan tahun depan. Mengapa tidak, karena jika memang ada serangan gelombang
kedua mungkin bisa menghabiskan separuh populasi manusia, mudah-mudahan kita
tidak termasuk didalamnya. Karena dosa masih banyak (hiks2), urusan duniawi
yang tidak ada habisnya ini masih separuh diselesaikan. Hanya bisa berdoa
kepada Allah SWT agar mengampuni dosa kita yang selama ini terpedaya urusan
dunia sehingga sering melupakan-Nya. Semoga wabah penyakit cepat selesai atau memang
kita harus membiasakan dengan kondisi ini yaitu kemana-mana harus pakai masker dan hand sanitizer.
Semoga Indonesia dan dunia bisa melewati masa pandemi ini. Bumi yang sudah sakit karena ulah manusia mudah mudahan masih punya simpanan kekuatan dan kembali hijau dan ramah untuk ditempati, aamiin ya rabbal aalamiin 🙏 🙏
Semoga Indonesia dan dunia bisa melewati masa pandemi ini. Bumi yang sudah sakit karena ulah manusia mudah mudahan masih punya simpanan kekuatan dan kembali hijau dan ramah untuk ditempati, aamiin ya rabbal aalamiin 🙏 🙏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar