Sabtu, 28 Maret 2020

CERITA COVID-19 UNTUK GENERASI MASA DEPAN (1)


Hari ini tanggal 28 Maret 2020 saat tulisan ini dibuat. Mudah-mudahan bisa dibaca lagi setelah pademi corona ini berakhir, entah sampai kapan. Bisa dibaca juga oleh generasi cucuku atau cicitku di masa depan bahwa pernah ada pandemi penyakit yang cukup menakutkan pada awal tahun 2020 sehingga bisa menjadi pembelajaran semua.  Mudah-mudahan saya bisa menulis lagi setelah wabah ini berakhir dan memberitakan hal yang baik-baik saja, jika masih diberi kesempatan oleh Allah SWT aamiin…
Hari ini data orang positif corona di Indonesia adalah 1155 orang, jumlah yang sembuh 59 orang, dan jumlah orang meninggal 102 orang. Sehingga angka crude death rate (CFR) Covid-19 adalah 8,8%. Angka kematian ini termasuk tinggi karena rata-rata CFR dunia adalah 3-4%. Bisa jadi karena kurangnya pemeriksaan kasus positif, kesiapan rumah sakit, atau kondisi penyakit bawaan pasien.

Terjadi kelangkaan masker dan hand sanitizer, misalkan ada harganya sudah meroket puluhan kali lipat. Dulu kita beli hand sanitizer cuma 5000 sekarang sampai ke 50.000. Kemarin saya pas belanja di minimarket, rak-rak obat dan vitamin yang dulu berjajar ludes L L, empon-empon (jahe, kunyit, temulawak, sereh) yang disosialisasikan bagus buat meningkatkan imun tubuh juga ludes, bagusnya orang-orang mulai melek kesehatan sich cuma panic buying jadinya.
Kesiapan rumah sakit yang kurang dan minimnya Alat pelindung diri (APD) untuk dokter dan perawat sebagai garda terdepan membuat banyak dokter dan perawat sakit. Bahkan sudah ada 8 dokter senior dan perawat yang meninggal karena corona.  
Saya sedang menjalani program work from home atau stay home yang digaungkan oleh pemerintah Indonesia untuk meminimalkan penyebaran virus corona yang semakin hari semakin meningkat. Dari tanggal 16 Maret – 12 April 2020 kantor saya sudah melakukan work form home dengan sistem piket seminggu dua kali ke kampus. Mahasiswa diberikan kuliah online, terus terang baru pertama kali kita kuliah dengan cara ini, jadi kita muter otak buat otak atik teknologi apa yang cocok buat tetep bisa memberikan materi kuliah.
Saya saat ini sedang kena flu dan sedikit parno, karena secara klinis penyakit corona mirip-mirip flu awalnya dan jika sudah parah menjadi pneumonia akut. Orang yang sakit ringan seperti demam dan flu tidak boleh ke klinik dulu, harus diobati sendiri sampai sembuh, karena rumah sakit sudah sangat kewalahan dengan pasien corona. Kalau sudah sesak nafas baru boleh ke rumah sakit, dan ini cukup menakutkan karena bisa jadi sudah terlambat. Cerita dari anaknya Prof Dr. dr. Bambang  Sutrisna, seorang dokter sekaligus guru besar UI yang meninggal karena corona, bahwa penderitaan pasien corona adalah saat di ruang isolasi, tidak ada teman dan keluarga, sesak nafas, dan meninggal dalam sendirian. Saat dikebumikanpun otomatis tidak banyak pelayat, keluarga tidak dapat melihat jenazah terakhir kali karena sudah dibungkus dalam plastik dan dimasukkan peti.
Saya kadang tergerak pingin ikut terjun ke lapangan bantu pemerintah buat ngasih edukasi atau ikut memberikan masker gratis tapi apa daya umur sudah tidak muda so risiko sangat tinggi. Menurut data kematian terbanyak karena penyakit ini adalah pasien berusia balita dan di atas 40 tahun, karena imunitas sudah turun dan adanya penyakit bawaan. Jadi yang bisa saya lakukan adalah stay home dan menyebarkan kabar positif ke kalangan sendiri, minimal tidak ikut merepotkan tenaga kesehatan yang masih berjibaku dengan maut.
Berita TV, status wa, instagram, medsos hampir semua membicarakan dan memberitakan tentang si corona ini, bagaimana nyawa satu demi satu melayang, orang-orang biasa, artis, sampai dengan pejabat bisa terkena virus ini.  Indonesia tidak melakukan lockdown seperti Negara Malaysia, Itali, atau Filipina, karena pertimbangan ekonomi, sosial dan sebagainya. Tahu sendiri masyarakat Indonesia ngeyelnya seperti apa, motonya “peraturan itu buat dilanggar”. Disuruh stay home saja ada yang ngableq malah pigenik ke pantai dan puncak. Tanpa sadar mereka bisa jadi pembawa virus dan bisa menularkan ke orang-orang tercinta di rumah. Orang tua kita yang sudah ringkih dan anak-anak yang masih kecil dengan imunitas yang kurang.
Banyak hujatan-hujatan nitizen dengan kinerja pemerintah yang belum maksimal, tapi apakah ada Negara yang siap dengan pandemi ini? Ada 197 negara yang sudah terjangkit penyakit corona. Amerika Negara adidaya pun kalang kabut dengan serangan ini.  Hari ini kematian karena corona virus 27.432 orang dari 601.010 orang sakit.














Naiknya angka kasus dan kematian corona sudah mengikut deret eksponensial yaitu naik mendekati garis vertikal.  Hingga Jumat (27/3/2020) per pukul 8.31 WIB, data dari Johns Hopkins CSSE melaporkan, kasus kematian di Italia sebanyak 8.215 dan Spanyol 4.365. Sementara Cina, berada di urutan ketiga jumlah kematian tertinggi, yaitu 3.169 kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus terbanyak, Amerika Serikat (AS) tercatat paling banyak, sehingga melampaui Italia dan Cina, sehingga menjadikannya negara dengan wabah korona terbesar di dunia. Total jumlah kasus di AS mencapai 85.505 pada Jumat pagi, kemudian Cina dengan 81.782 kasus dan Italia dengan 80.589 kasus.
Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019. Sejak itu, menyebar ke lebih dari setengah juta orang di hampir setiap negara di dunia dan terus bertambah dengan sangat cepat (Baca selengkapnya di artikel "Update Corona Dunia: Data Meninggal Italia dan Spanyol Lampaui Cina", https://tirto.id/eH1K) Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus penyebab Covid-19 bernama  SARS-COV-2 ini seperti bola dengan paku-paku kecil sehingga dapat menempel lebih kuat ke inangnya.

Virus ini sering disebut nano elien (mungkin baru ini), karena menjadi musuh bersama manusia di dunia. Bayangkan pada era ini banyak terjadi peristiwa di dunia dan Indonesia, di dunia sedang terjadi perang dagang antara Amerika dan China, ISIS yang telah kalah perang, perang dingin Korea Utara dan Amerika, perang politik di Indonesia dan banyak lagi. Indonesia ada kelompok cebong dan kampret, sebutan pendukung Capres 1 dan 2. Kayaknya kelompok ini terus bergesekan walaupun pemilu sudah berakhir. Bahkan sampai sekarang terus perang komen jika ada kebijakan pusat maupun daerah yang kontroversial. Dengan adanya pandemi virus ini semuanya kacau balau, yang punya usaha sepi, pariwisata gulung tikar, yang punya rencana dipending sampai waktu tak terbatas. Singkat kata ekonomi Indonesia  diambang kehancuran jika penyebaran penyakit ini meluas dan semakin lama. Yang lebih miris beribadah pun tidak seleluasa dulu untuk bisa berkumpul bersama dan berdoa bersama.
Indonesia saat ini masih berjuang menanggulangi wabah corona, saya juga tidak tahu sampai kapan. Harapan kita semua masyarakat Indonesia bisa mematuhi instruksi pemerintah untuk social distancing, stay home, working from home, yang terpaksa keluar rumah memakai APD, selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, dan selalu berdoa kepada Allah SWT.  Semoga awal ramadhan Bulan April saya bisa bercerita kembali bahwa wabah ini telah selesai aamiin YRA…