Allah pasti sedang menghiburku
Seringkali kita tenggelam dalam
kesibukan pekerjaan dan lupa dengan waktu, bahkan hanya sekedar mengingat
Allah. Sholat pun dilakukan autopilot, di kepala kita teringat kerjaan apa yang
belum selesai pada saat sholat. Tetapi Allah tidak pernah meninggalkan kita,
bahkan selalu menghibur kita saat sedih.
Tidak percaya? mungkin
karena kita kurang peka dengan apa yang terjadi di sekeliling kita. Aku punya
pengalaman tersendiri dan semakin meyakini bahwa Allah selalu menghibur kita di
saat sedih.
Kejadiannya 20 tahun yang lalu,
umur masih 25 tahun saat itu, masih muda dan sudah bekerja di bidang pendidikan
di suatu perguruan tinggi swasta. Beban terberat bekerja di bidang ini karena
tanggung jawab yang besar. Kita dipercaya mengasuh anak orang dan dipundak kita
ada sekian persen masa depan yang tertumpu disitu. Mungkin terlalu berlebihan,
karena bisa saja kita cuek karena kita hanya menjalankan pekerjaan. Tapi saat
itu sisi idealisme akan terasa sekali tumpuan berat itu.
Siang itu dapat kabar bahwa
tiga orang rekan sejawat, yang sudah bersama bekerja selama 2 tahun lebih akan
meninggalkan pekerjaan karena diterima di tempat lain yang lebih bagus. Tentu
saja rasa galau langsung menyerang, merasa sendirian dan tidak tahu harus
bagaimana. Apakah ikutan pindah haluan atau tetap bertahan demi anak-anak ini.
Pulang kerja naik transportasi
umum aku sengaja berhenti di swalayan buat cuci mata, aku sengaja turun di
halte yang letaknya jauh dari tempat tujuan, sekedar untuk berjalan kaki di
trotoar. Jarak halte dengan tujuanku mungkin setengah kilometer. Panas matahari
tak kuhiraukan, biarlah kulit gosong malah pingin item sekalian kulit ini
jadinya. Mungkin dengan kena panas matahari, pikiran tak menentu ini bisa
menguap tak berbekas.
Sampai di pintu masuk swalayan, angin
sejuk dari AC mulai menerpa, cukup menurunkan suhu tubuh yang mulai naik. Tiba-tiba
ada seseorang yang menyapa, “Hai, apa kabar, mau belanja apa”, kutengok asal
suara itu. Ada seorang wanita yang wajahnya kukenal. “Indra!!bisa ketemu di
sini”. Ternyata teman lama dari SMA dulu. Kemudian kami ngobrol sana sini,
bertanya seputar kabar dan pekerjaan sambil kami melihat-lihat etalase baju.
Tak lama dari itu ada suara lagi menyapa, “Hai kok bisa bareng disini?”,
kutengok lagi asal suara itu, ternyata satu temen lagi dari SMA, walaupun tidak
satu kelas. Dan, sapaan suara orang lain terus berlanjut sampai terkumpul 5
orang dalam satu tempat. Kemudian dalam waktu singkat kami larut dalam canda dan
keheranan karena kebetulan bisa berkumpul dalam satu tempat yang sama.
Sejenak aku melupakan permasalahanku
dan sedikit terhibur dalam pertemuan singkat itu. Sayangnya kami harus pulang
karena waktu sudah sore. Aku pulang kembali naik transportasi umum. Dan tidak
berhenti di situ di dalam bis kembali ada sapaan lagi. “Hai, gimana kabarnya”...di
sebelahku duduk teman lama juga. Mereka semua menyapa dulu karena tidak lupa
dengan wajahku. Walaupun tak lama kami harus berpisah karena dia turun duluan.
Di bis sendirian aku masih belum
bisa melepaskan ketakjupan dan heran dengan kejadian tadi. Aku yakin tidak ada
yang kebetulan di dunia ini, dan semua ada maksud dan makna di baliknya. Teman-teman
lama bisa berkumpul tanpa janjian, bukan sebuah kebetulan. Allah pasti sedang
menghiburku. Bisa jadi kita ge er, tetapi begitulah yang terjadi, bukankah
Allah sangat dekat dengan kita bahwa lebih dekat dari urat nadi. Kita bisa
mengeluh apapun hanya pada Allah, mungkin dengan perantara orang-orang di
sekitar kita, sapaan, senyuman mereka, bisa jadi kucing lari kepleset juga bisa
jadi penghiburan, sore hari yang cerah, angin sejuk yang menerpa, melihat bunga-bunga
yang mekar walau punya tetangga, semua itu signal dari Allah.
Dan setelah itu aku punya jawaban….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar