STIKES
HAKLI SEMARANG KEMBALI MENGGELAR SEMINAR NASIONAL
STRATEGI
PENINGKATAN MUTU INFORMASI KESEHATAN DALAM MENGHADAPI VEDIKA BPJS
STIKES HAKLI Semarang kembali menggelar
seminar nasional pada hari Sabtu, 28 Januari 2017 dengan tema “Strategi
Peningkatan Mutu Informasi Kesehatan dalam Mendukung Verifikasi di Kantor
(Vedika) BPJS”. Sesuai dengan tema tersebut, maka diundang sebagai narasumber
dari BPJS yaitu Bp. dr. Handaryo, MM (Kepala BPJS Divre VII), Bp. dr. Rano
Indradi Sudra, M.Kes (pakar dan konsultan MIK), dan Bp. Sugiharto, Amd.PK, SKM
(Ketua DPD PORMIKI Jateng), dengan moderator Ibu dr. M. Rr. Sri Puji Rahayu
(dosen Prodi RMIK Stikes Hakli Semarang). Ketua Seminar, Endah Widaningtyas, SE,
M.Kes (Ketua Prodi RMIK STIKES HAKLI) melaporkan bahwa seminar ini dihadiri 385
peserta yang terdiri dari unsur rekam medis rumah sakit, dinas kesehatan,
puskesmas, dosen dan pimpinan Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Wacana
Verifikasi di Kantor (Vedika) BPJS Menuju Elektronik Claim (e-claim) Tahun 2020
Acara seminar dibuka oleh Ketua STIKES
HAKLI Semarang yaitu Bp. H. Ngestiono, SKM, M.Kes, dilanjutkan dengan sesi pemaparan
materi secara panel. Pemateri pertama dari BPJS, dr. Handaryo, MM memaparkan tentang
kebijakan vedika BPJS. Sebagai perusahaan asuransi kesehatan besar di Indonesia
maka BPJS bertekat untuk terus meningkatan kepuasan peserta dan fasilitas
pelayanan kesehatan. Permasalahan yang cukup menyita perhatian adalah lambatnya
pencairan klaim dari waktu yang telah ditentukan. Kelengkapan berkas rekam
medis dan kurangnya tenaga verifikator menjadi salah satu penyebabnya. Verifikasi
di Kantor (Vedika) BPJS menjadi solusi untuk mempercepat proses verifikasi
rekam medis. Saat ini telah dilakukan pilot
project di beberapa RS. Program ini berhasil mempercepat klaim dan
menurunkan berkas rekam medis yang dikembalikan. Vedika adalah transisi menuju eclaim, dimana dengan teknologi
informasi akan berperan dalam proses ini. Program Vedika ini menuntut RS untuk
lebih meningkatkan manajemen mutu rekam medisnya sebagaimana yang disampaikan
pemateri kedua, dr. Rano Indradi Sudra, M.Kes. Permasalahan dalam
pendokumentasian rekam medis adalah incomplete,
inaccurate, irrelevan, dan intimely.
Mutu dokumentasi rekam medis ditentukan dari manajemen, human, dan instrument.
Program clinical documentation improvement
(CDI) dapat mendorong mutu dokumentasi dengan review rekam medis baik secara concurrent maupun retrospektif. Mutu
dokumentasi akan menentukan keakuratan koding.
Akurasi
Koding Akan Menentukan Besarnya Klaim Pelayanan Kesehatan.
Pemateri
ketiga, Sugiharto, Amd.PK, SKM mengemukakan bahwa besaran klaim sangat ditentukan oleh kode CBG yang
merepresentasikan kompleksitas kasus dan sumber daya yang dikeluarkan dalam
pelayanan pasien, maka proses koding ini menjadi sangat vital dalam menentukan
pendapatan RS. Akurasi
koding akan menentukan apakah RS akan menerima reimbursement yang sesuai dengan sumber daya yang dikeluarkan atau
tidak. Di
sisi lain, ketidaksesuaian koding juga dapat berdampak terhadap pembayaran
klaim yang tidak sesuai (kurang/berlebihan) atau dugaan fraud.
Cara untuk menentukan mutu koding yaitu dengan melaksanakan audit coding diagnosis/procedure. Evaluasi kualitas data klinis yang tercode
dengan mengkomparasi antara informasi yang terkandung di Sistem Administrasi
Pasien (PAS) dengan informasi yang terekam di lembar dokumentasi klinik dan di
lembar ringkasan keluar (resume akhir) rekam medis-informasi kesehatan pasien.
Juga mengevaluasi proses informasi yang
terkait di dalam perekaman aktivitas pasien rawat inap yaitu dengan analisis
kualitatif. Pada sesi tanya jawab yang dipimpin oleh dr. M. Rr. Sri Puji
Rahayu, beberapa peserta menanyakan tentang bagimana mensinkronkan aturan kode
penyakit dan tindakan dari ICD dan INA CBGs, dan koder dengan verifikator
karena rawan benturan. Pemateri mengemukakan bahwa ada dua macam koding yaitu
reimburment dan pelaporan yang perlu dilakukan kesepakatan untuk mencari jalan
tengah. Perlu adanya ICD modifikasi untuk menjembatani antara kepentingan RS dan
BPJS.
Acara diakhiri dengan pembagian doorprice kepada peserta dan seminar ditutup
oleh Ketua STIKES HAKLI Semarang. Acara seminar juga diisi dengan temu alumni
STIKES HAKLI Semarang untuk membahas program kerja kedepannya. Alumni HAKLI
tersebar di seluruh pelosok negeri dan banyak yang telah bekerja di instansi
kesehatan baik dinas kesehatan, rumah sakit, maupun puskesmas. Temu alumni
dimaksudkan untuk memperkuat jejaring alumni, untuk mendapatkan umpan balik
dari stakeholder dan untuk terus meningkatkan kompetensi lulusan agar dapat
bersaing di dunia kerja.
seminar berikutnya pending karena ada akreditasi
BalasHapus